I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Evaluasi Perkembangan anak merupakan salah satu
komponen penting dalam pelaksanaan program pada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Evaluasi perkembangan tidak saja
bermanfaat sebagai dasar membuat perencanaan pembelajaran namun juga dapat
membantu pendidik untuk melihat perkembangan anak, dan Membantu pendidik untuk
melaporkan perkembangan anak.
Evaluasi pada anak usia dini meliputi kegiatan
pengamatan, pencatatan, pendokumentasian kegiatan yang dilakukan anak sejak
datang di lembaga PAUD sampai pulang. Dengan melakukan penilaian, pendidik
dapat memahami perkembangan anak dan kemajuan-kemajuan yang dicapai selama
mengikuti program PAUD.
Kegiatan
evaluasi yang dilakukan secara teratur
dan terus menerus akan membantu pendidik dalam menilai antara kesesuaian tujuan
dengan materi pembelajaran , sumber belajar , pendekatan pembelajaran dan
metode yang digunakan.
Prinsip
evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan, obyektif, alami
dan wajar, mendidik dan mengedepankan kebermaknaan sehingga pendidik dapat
memperoleh bukti-bukti kemajuan perkembangan anak.
Hasil
evaluasi dilaporkan kepada orang tua sedikitnya enam bulan sekali, sehingga
orang tua dapat memberikan dukungan dan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan anak yang telah dicapai.
B.
Tujuan
1. Umum:
Peserta diklat memahami
materi tentang evaluasi perkembangan anak.
2.
Khusus:
Setelah
mempelajari modul ini, diharapkanpeserta diklat mampu:
a.
Menjelaskan tentang hakekat evaluasi perkembangan
anak
b.
Melaksanakan berbagai macam tehnik evaluasi perkembangan
anak
c.
Menjelaskan tahap-tahap evaluasi perkembangan anak
C.
Hasil yang diharapkan :
1.
Peserta diklat dapat memperoleh
informasi yang tepat tentang evaluasi perkembangan anak
2. Peserta diklat menguasai materi dan teori tentang
evaluasi perkembangan anak
3.
Peserta diklat dapat
menjelaskan materi tentang evaluasi perkembangan anak
II.
HAKIKAT EVALUASI PERKEMBANGAN
A.
Pengertian dan Tujuan
Salah satu tugas utama
pendidik pada pendidikan anak usia dini yang sangat penting dilakukan adalah
melakukan evaluasi. Evaluasi merupakan proses memperoleh informasi untuk
membuat keputusan. Keputusan yang berkenaan dengan tugas pendidik dapat
diidentifikasi menjadi empat tujuan, yakni keputusan untuk:
1)
Mendukung
pembelajaran dan merencanakan pembelajaran baik bagi setiap anak maupun
kelompok
2)
Mengidentifikasi jika ada anak yang berkebutuhan khusus
3)
Menilai seberapa baik program yang telah dilakukan dalam
mencapai tujuannya
4)
Pertanggungjawaban lembaga yang disampaikan baik kepada
orangtua maupun kepada pihak-pihak terkait
Evaluasi yang
ditujukan untuk membuat keputusan dalam mendukung pembelajaran anak merupakan
kegiatan terpenting bagi pendidik. Melalui evaluasi pendidik mendapatkan
informasi yang berguna tentang kondisi dan kemajuan perkembangan anak.
Langkah pertama dalam melakukan evaluasi adalah
mengumpulkan fakta-fakta. Salah satu cara yang paling efektif adalah melalui
observasi yang terus menerus kepada anak. Observasi bukan berarti hanya sekedar
mengamati apa yang dilakukan anak, namun juga mendengarkan apa yang mereka
sampaikan. Cara lainnya adalah
mengumpulkan karya anak dan menempatkannya dalam portofolio setiap anak.
Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya
adalah menganalisis dan menggunakannya untuk mendukung perkembangan dan proses
pembelajaran anak. Dengan demikian, pengertian evaluasi perkembangan dapat
disimpulkan sebagai proses pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan
pemberian keputusan tentang data perkembangan dan proses pembelajaran anak.
B.
Prinsip
Prinsip yang harus
diperhatikan dalam evaluasi perkembangan adalah :
- Menyeluruh
Yang
dimaksud prinsip menyeluruh adalah bahwa evaluasi dilakukan baik terhadap
proses maupun hasil kegiatan anak. Evaluasi
terhadap proses adalah evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang
berlangsung, sehingga yang dilihat adalah tingkah laku, kammpuan berkomunikasi
serta gerak-gerik anak. Evaluasi terhadap hasil adalah evaluasi yang berkaitan
dengan hasil yang dikerjakan anak, yang berupa hasil keterampilan geraknya,
seperti gerak kaki pada berjalan atau gerakan-gerajkan tangan berupa bentuk
tertentu, seperti menggunting, menggambar, meronce dan hasil coretan-coretan.
- Berkesinambungan
Evaluasi
yang berkesinambungan adalah apabila dilakukan secara bertahap dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran
menyeluruh terhadap hasil pembelajaran
- Obyektif
Evaluasi
dilakukan seobyektif mungkin dengan memperhatikan perbedaan dan keunikan
perkembangan anak, dimana tidak selalu memberikan penafsiran yang sama terhadap
gejala yang sama. Prasangka-prasangka, keinginan-keinginan serta
perasaan-perasaan tertentu tidak boleh mempengaruhi (menambah atau mengurangi)
penilaian yang dilakukan.
- Mendidik
Hasil
evaluasi harus bersifat mendidik yaitu dapat digunakan untuk membina dan
memberikan dorongan kepada anak didik dalam meningkatkan kemampuannya sehingga
anak dapat mengembangkan “rasa berhasil” nya. Oleh karena itu, evaluasi harus
bersifat terbuka dan dapat dirasakan sebagai pengayaan bagi anak yang berhasil
dan sebaliknya merupakan peringatan bagi yang belum berhasil. Dengan demikian
usaha penilaian dapat memperkuat perilaku dan sikap positif.
- Kebermaknaan
Hasil evaluasi harus bermakna bagi guru/pamong
belajar, orang tua, anak didik dan pihak yang memerlukan. Oleh karena itu dalam
memberikan laporan evaluasi harus diusahakan yang dapat dipahami oleh semua
pihak. Evaluasi yang mengungkap kemampuan-kemampuan yang telah dicapai anak
disusun dalam bentuk deskriptif , tidak dalam bentuk garis besar angka atau
huruf yang diberi bobot.
C.
Lingkup Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada anak usia dini dapat
mencakup:
1. Perkembangan yang mencakup:
a. Nilai-nilai moral dan agama
b. Motorik Kasar dan Halus
c. Kognitif
d. Bahasa
e. Sosial Emosional
2.
Pertumbuhan yang mencakup: Berat
Badan, Tinggi Badan, Lingkar Kepala, Lingkar Lengan atas
III.
TEKNIK EVALUASI
Evaluasi
dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran/deskripsi pertumbuhan dan perkembangan
anak didik yang diperoleh dengan menggunakan teknik evaluasi serta serangkaian
prosedur. Dalam melaksanakan evaluasi, cara yang dapat digunakan yaitu dengan
observasi dan portopolio.
A.
Observasi
Observasi merupakan pengamatan objektif tentang
apa yang dilakukan dan diucapkan oleh anak. Meskipun sebagai pendidik, kita
merasa telah mengenal mereka, namun selalu ada hal-hal baru yang ditunjukkan
oleh anak sehingga observasi harus dilakukan pendidik secara berkala. Saat
melakukan observasi, pendidik dapat mengetahui keunikan dan kekhasan setiap
anak sebagai dasar membangun hubungan dengan anak dan merencanakan pengalaman
pembelajaran yang memungkinkan setiap anak untuk tumbuh dan berkembang. Oleh
karena itu, kemampuan observasi bagi seorang pendidik anak usia dini merupakan
suatu kompetensi yang mesti dimiliki.
Keuntungan
dari observasi yang dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan anak, adalah:
1) Memberikan pengamatan yang
mendalam kepada seorang anak.
1)
Dengan memusatkan ungkapan bahasa anak di dalam ruang
kelas, ini merupakan kunci untuk mengevaluasi perkembangan anak.
2)
Dengan memusatkan kepada apa yang bisa dilakukan dan
dikatakan seorang anak, bukan pada apa yang tidak bisa dilakukan seorang
anak,ini merupakan dasar perencanaan untuk masa depan.
3)
Membantu pendidik untuk melihat tahap perkembangan anak,
serta membantu meningkatkan perkembangannya.
4)
Membantu pendidik untuk dapat merencanakan rencana belajar
yang baik bagi anak berdasarkan tahap perkembangan anak.
5)
Membantu pendidik untuk dapat menjalankan rencana belajar
dengan baik guna mendukung tahap perkembangan anak.
6)
Membantu pendidik dalam pengumpulan data yang sesuai
dengan kurikulum guna pengambilan keputusan mengenai tahap perkembangan anak.
7)
Membantu merencanakan
pemberian pijakan/dukungan kepada anak.
8)
Memberikan informasi kepada orangtua sehingga mereka
memahami perkembangan dan pembelajaran anak lebih baik lagi.
9)
Memberikan informasi yang dapat dilihat kembali,
didiskusikan, dan diinterpretasikan dengan tim pendidik dan pengelola.
10)
Menunjukkan karya anak ke khalayak umum dengan
mengikutsertakan pada pameran tentang ragam bahasa yang diungkapkan anak.
Data yang berkaitan dengan perilaku dan ucapan anak
selama diamati dapat didokumentasikan dalam berbagai bentuk dokumen seperti anecdotal record, running record, time sampling record, event sampling record, rating
scale dan check list.
1.
Pedoman Pencatatan
Kegiatan pencatatan hasil observasi melalui
catatan anekdot, running records,
specimen records, ataupun ceklis bukanlah kegiatan yang mudah.
Pengamat terbiasa mengamati apa yang
terjadi di sekelilingnya dan dalam waktu yang bersamaan membuat interpretasi
tentang apa yang dilihatnya. Di dalam
pencatatan yang obyektif, kita harus memisahkan dua hal tersebut. Apa yang dicatat harus berupa fakta yang ada,
tanpa melakukan penilaian asumsi, atau kesimpulan.
Bandingkan kedua contoh
catatan berikut ini:
CONTOH
CATATAN OBSERVASI YANG TEPAT
|
CONTOH
CATATAN OBSERVASI YANG TIDAK TEPAT
|
Ketika sedang bermain ayunan sendiri, Dian
memanggil temannya untuk bermain ayunan bersama sambil tersenyum. ”Nina, main
ayunan yuk! Sini.”
|
Tidak seperti hari-hari
yang lalu, Dian tampak ceria (Label). Malah Dian mau mengajak temannya
bermain bersama dengan ramah (Asumsi)
|
Edi berjalan
ke dalam kelas pagi ini dengan dahi berkerut.
Dia menundukkan kepalanya ketika guru memberinya salam, dan tidak
memberikan respon.
|
Edi berjalan masuk ke dalam kelas pagi ini,
kelihatannya dia sedang marah. Dia tidak mau melihat gurunya atau membalas
salam guru. Dia cuek saja ketika
berjalan ke ruang berikutnya dan langsung berjalan ke ruang seberang dengan
bahu turun lalu menjatuhkan dirinya di kursi. Banu mencoba untuk bergabung,
tetapi didorongnya. Guru mendatangi dan bertanya apakah dia perlu bantuan
untuk mencampur playdough, tetapi dia menggelengkan kepalanya tanda tak mau.
|
Kesalahan
pencatatan yang sering dilakukan oleh pengamat adalah menghilangkan beberapa
fakta, mencatat hal-hal yang tidak terjadi dan mencatat hal-hal yang tidak pada
urutan yang benar.Contohnya: ”Edi
berjalan masuk ke dalam kelas pagi ini. Dia tidak memandang gurunya tetapi
langsung duduk di salah satu kursi di kelas. Guru memintanya untuk mencampur
playdough, tetapi dia menolak. Banu datang untuk bermain dengannya, tetapi Edi
mendorongnya”.Fakta-fakta yang dihilangkan adalah: 1) Edi berkerut keningnya, 2) Tidak
memberikan respon terhadap salam dari guru, 3) Berjalan ke ruang yang di seberang dengan bahu turun, 4) Menjatuhkan dirinya di kursi yang merupakan
tempat kegiatan, 5) Menggelengkan
kepalanya ketika guru bertanya ingin membantu mencampur playdough.
Fakta-fakta tambahan yang dimasukkan: ”Banu
menghampirinya untuk mengajaknya bermain”. Fakta yang urutannya tidak benar
adalah: ”Banu mencoba untuk bergabung
dengannya sebelum guru bertanya mau membantu mencampur playdough”.
Berikut ini merupakan
contoh kata-kata dan kalimat labelling yang sering dijumpai dalam
catatan observasi:
·
Dia
anak yang baik hari ini.
·
Dimas
marah kepada Dini.
·
Dia berteriak dengan dengan marah.
·
Dia menunjukkan kekuatannya.
·
Dia kehilangan kesabaran.
·
Dia menjadi marah.
·
Seharusnya dia tidak berbicara seperti
itu.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam
mencatat hasil observasi, guru perlu memahami beberapa pedoman dalam melakukan
pencatatan, sebagai berikut:
·
Catat
fakta-fakta saja, yakni menerangkan tindakan yang dilakukan anak, menuliskan
penggunaan kata anak, menjelaskan gerak tubuh anak, menjelaskan ekspresi wajah
anak, dan menjelaskan karya yang dibuat anak.
·
Catat
segala sesuatu secara rinci tanpa menghilangkan apapun.
·
Jangan
menginterpretasikan selama melakukan observasi.
·
Jangan
mencatat apapun yang tidak kita lihat dan yang tidak kita dengar.
·
Gunakan
kata-kata deskriptif bukan labelling
atau interpretasi.
·
Catat
fakta-fakta yang terjadi sesuai dengan urutan kejadiannya.
·
Sebagai
pengamat, amatilah anak dengan cara yang tidak terlalu menyolok dengan posisi
yang tidak terlalu dekat dengan anak. Kita boleh mengamati sambil duduk,
berdiri atau berjalan disekitar area observasi. Apapun yang kita gunakan untuk
dekat dengan anak untuk tujuan observasi jangan sampai menarik perhatikan anak.
Hindari kontak mata dengan anak yang kita amati, bila anak yang diamati melihat
kepada kita sewaktu observasi berlangsung, berusahalah untuk menghidari
tatapannya dengan mengalihkan penglihatan ke anak lain.
·
Sebaik-baiknya kita melakukan observasi, terkadang anak
juga mengetahui bahwa ia sedang diamati. Kalau anak tahu bahwa kita sedang
mengamatinya, anak akan merasa tidak enak dan bisa pergi atau keluar dari area
main. Kalau hal ini sampai terjadi maka observasi harus dihentikan. Observasi
dapat dilanjutkan esok hari atau minta staf lain untuk mengamati anak khusus
itu.
·
Kapanpun adalah waktu yang tepat untuk melakukan observasi.
Kita harus tahu pentingnya data apa yang akan kita peroleh dalam observasi,
oleh karena itu kita harus meluangkan waktu yang baik untuk melakukan
observasi. Waktu observasi yang terbaik itu adalah tergantung pada apa yang
kita mau ketahui/pelajari dari seorang anak.
2.
Bentuk Pencatatan
a.
Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Anecdotal record (catatan
kejadian khusus) merupakan uraian tertulis mengenai perilaku yang ditampilkan
oleh anak dalam situasi khusus. Catatan anekdot ditulis dengan singkat. Catatan
anekdot menjelaskan sesuatu yang terjadi secara faktual (sesuai dengan apa yang
dilihat dan didengar), dengan cara yang obyektif (tidak berprasangka, tidak
menduga-duga), menceritakan bagaimana, kapan dan di mana terjadi peristiwa itu,
serta apa yang dikatakan dan dikerjakan anak.
Keuntungan
menggunakan catatan anekdot adalah:
1)
Observasi
dapat bersifat terbuka. Pengamat dapat mencatat apa saja tentang apa yang
dilihatnya tanpa dibatasi hanya satu macam perilaku khusus.
2)
Pengamat
dapat menangkap hal-hal yang tak terduga pada saat kejadian, pencatatan
dilakukan nanti setelah pembelajaran usai, sehingga tidak mengganggu aktivitas
guru.
3)
Pengamat
dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan mengabaikan perilaku yang
lain.
Kerugian menggunakan catatan anekdot adalah;
1)
Catatan
anekdot tidak memberikan gambaran yang lengkap karena hanya mencatat
peristiwa-peristiwa yang menarik minat pengamat.
2)
Tergantung
pada daya ingat pengamat. Peristiwa yang
terjadi kadang tidak bisa ditulis secara rinci, karena pencatatan
dilakukan setelah pembelajaran selesai.
3)
Kejadian
bisa saja keluar dari konteks dan kemudian diinterpretasikan tidak dengan benar
atau digunakan dengan cara yang bias.
Berikut ini contoh catatan anekdot:
|
b. Catatan Berkesinambungan (Running Records)
Metode observasi dan pencatatan lain adalah catatan berkesinambungan. Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan
berurutan. Pengamat mencatat semua
kejadian terus menerus yang dilakukan anak itu.
Catatan Berkesinambungan
berbeda dengan catatan anekdot karena catatan berkesinambungan mencatat
semua perilaku anak bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu saja, dan
pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran
selesai.
Keuntungan dari catatan
berkesinambungan adalah:
1)
Merupakan
catatan yang lengkap dan menyeluruh, tidak terbatas pada peristiwa-peristiwa
tertentu.
2)
Merupakan
catatan yang terbuka, yang dapat digunakan untuk mengamati apa saja tanpa
spesifikasi pada perilaku khusus.
3)
Tidak
membutuhkan pengamat yang memiliki ketrampilan khusus, karena itu sangat
berguna bagi pendidik.
Kerugian
dari catatan berkesinambungan adalah:
1)
Catatan
ini memerlukan waktu yang lama. Pengamat tidak memiliki waktu lain selain hanya
mengamati dan mencatat perilaku anak saja.
2)
Cukup
sulit untuk mencatat semua hal dalam waktu yang panjang tanpa kehilangan
rincian yang meungkin juga penting.
3)
Sangat
efektif jika hanya mengamati seorang anak saja, tetapi jika harus melakukan
pengamatan terhadap sekelompok anak, apalagi jika kelompok besar, maka akan
mengalami banyak kesulitan.
4)
Pengamat
harus menjaga diri dari anak, yang
kadang-kadang sulit jika pengamat adalah guru yang sedang mengajar.
Berikut ini contoh catatan berkesinambungan:
Hari/Tgl
|
Waktu
|
Kejadian/
Tempat
|
Peristiwa
|
Evaluasi
|
Senin,
01-03-10
|
08.00
|
Ikrar/
Halaman
|
Tiwi mengikuti Ikrar bersama guru dan
teman-temannya. Selama
Ikrar, Tiwi diam saja sambil menundukkan kepala.
|
Aspek perkembangan
sosio-emosional, dapat mengikuti rutinitas kelas
|
08.30
|
Sarapan/ Ruang kelas
|
Tiwi ikut duduk melingkar dikarpet dan
berdoa sebelum makan bersama guru dan teman-temannya. Ketika guru
mempersilahkan semua anak untuk membuka bekal dan memakannya, Tiwi diam saja
hanya memandangi bekal yang dibawanya. Ketika guru bertanya, ”Ada apa Tiwi?
Ada yang bisa dibantu?”. Tiwi melihat kearah guru sambil menggelengkan kepala
kemudian menunduk kembali. Guru bertanya kembali, ”Kenapa Tiwi tidak makan
bekalnya?”. Tiwi hanya menggelengkan kepalanya. ”Apa Tiwi masih kenyang?”
tanya guru kembali. Tiwi menganggukan kepala. Tiwi mengikuti doa setelah
makan bersama guru dan teman-temannya.
|
Aspek
perkembangan Agama dan Nilai moral, dapat berdoa sebelum dan setelah
kegiatan.
Tiwi tidak
mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata (Asek perkembangan
sosio-emosional, Mengenal perasaannya dan mengelolanya dengan baik)
Mengapa Tiwi
merasa tidak nyaman pagi ini?
(Guru perlu berbicara dengan orangtua
Tiwi untuk mendapatkan informasi)
|
|
09.00
|
Bermain di Taman
|
Tiwi bermain ayunan sendirian. Ketika
salah satu temannya mendekati dan bertanya, ”Boleh aku ikut main?”. Tiwi
mendorong temannya tersebut. Temannya terjatuh dan menangis, Tiwi
memperhatikan temannya tapi diam saja. Ketika guru bertanya apa yang terjadi.
Tiwi pergi meninggalkan guru dan temannya. Guru memanggil namanya berkali-kali,
tapi Tiwi tetap berjalan meninggalkan mereka dan masuk kedalam kelas.
|
||
09.30
|
Bermain di Sentra Balok
|
· Pijakan Awal
Tiwi duduk
bersila di lingkaran bersama guru dan teman-tamannya. Setiap guru berbicara
dan menunjukkan balok serta konsep yang dikenalkan,Tiwi memperhatikan. Tiwi
menjawab setiap pertanyaan tentang balok dan konsep bangunan yang diajukan
guru. ”Apa yang kita perlukan bila ingin bangunan kita menjadi kokoh?” tanya
guru. ”Bangunannya harus padat” jawab Tiwi. ”Menurut Tiwi, agar bangunan
kokoh, balok disusun secara padat. Ada pendapat yang lainnya?” tanya guru.
Tiwi menjawab kembali, ”Pakai balok double
unit”.
Tiwi
memperhatikan guru menyimpan tulisan nama anak di alas balok yang sudah
ditata. Tiwi mendapat kesempatan kedua untuk mencari tulisan namanya di alas
balok. Setelah menemukannya, Tiwi duduk di atas alas menunggu semua temannya
menemukan alas bangunannya masing-masing.
· Pijakan Selama Main (Individual)
Guru memberi
tanda, anak-anak bisa mulai mengambil balok yang dibutuhkan. Dian memilih 4
balok double unit. Tiwi membentuk ruang dalam. Kemudian Tiwi mengambil balok
unit berulang-ulang dan ditumpuk diatas balok double unit, sehingga membentuk ruang tertutup. Beberapa balok
segitiga diletakkan berbaris di bagian tengah atas bangunan. Disalah satu
sisi bangunan, terlihat pola 1-1 dengan menggunakan balok segitiga dan unit.
sebuah ruang terbuka dibangun disamping bangunan pertama menggunakan balok double unit, unit, danhalf unit.
Diantara bangunan terlihat pola 1-1 terbentuk dengan menggunakan balok unit dan half unit. Tiwi
memanfaatkan hampir seluruh bagian alas mainnya.
Tiwi menggunakan
aksesoris, pohon plastik, boneka kayu binatang dan boneka orang yang
disediakan guru.
Ketika guru
mendekati bangunan Tiwi, tanpa ditanya, Tiwi menceritakan bangunannya. ”Aku
buat rumah dan kolam renang” sambil tersenyum. ”O… Menarik sekali. Bu guru
melihat bangunannya kokoh, padat, horizontal, dan ada pola-pola disini. Bisa
ceritakan bagian-bagian lain disetiap bangunanmu?” tanya guru. Dian mengangguk
dan mulai bercerita, ”Ini pintunya, didalam rumahku ada tempat tidur. Kolam
renangnya luas dan airnya dalam. Aku bisa berenang di air yang dalam. Kalau bu guru mau berenang, izin dulu ya
sama aku.” ”Tentu saja, bu guru senang dengan tawaran Tiwi. Didalam kolam
renangnya, bu guru melihat ada bangunan berbentuk segi empat. Bisa ceritakan
bangunan ini?” Tiwi menjawab, ” kolam kecil untuk adik bayi”. Guru menguatkan
jawaban Tiwi dengan berkata, ”Jadi semua mendapat kesempatan berenang.
Selamat ya Tiwi sudah berhasil membangun rumah dan kolam renang yang kokoh”
· Pijakan Setelah Main
Saat beres-beres,
Tiwi mengembalikan semua balok yang digunakan kembali kerak sesuai bentuk dan
ukuran.
Tiwi duduk
bersama guru dan teman-temannya mengikuti kegiatan recalling dan review.
Ketika tiba gilirannya bercerita, Tiwi menggelengkan kepala. Guru memotivasi
dengan berkata, ”Tiwi, tadi bu guru melihat dan mendengar Tiwi membangun
rumah dan kolam renang yang kokoh. Boleh menceritakan lebih banyak agar
teman-teman juga tahu”. Tiwi tetap menggelengkan kepalanya. ”Mungkin lain
kali Tiwi mau bercerita banyak tentang bangunannya”, kata bu guru.
|
||
11.00
|
Pulang
|
Tiwi mengikuti doa bersama setelah
bermain. Guru memanggil anak satu persatu untuk mengambil tas dan pulang
bersama ibu atau penjemputnya. Ketika tiba gilirannya, Tiwi mengambil tas dan
bergegas keluar menuju ibunya tanpa bersalaman dengan gurunya. Guru memanggil
untuk bersalaman, tapi Tiwi mempercepat langkah dan memeluk ibunya. Tiwi mau
bersalaman dengan gurunya, setelah ibunya membujuk.
|
Karena
catatan berjalan mengamati banyak
perilaku perkembangan yang penting dari seorang anak, maka catatan
berjalan dipilih sebagai metode yang digunakan bersama dengan
ceklis perkembangan untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan anak.
c.
Catatan Specimen (Specimen Records)
Specimen
Records hampir mirip dengan catatan
berkesinambungan tetapi lebih rinci.
Catatan ini sering digunakan oleh pengamat yang menginginkan uraian
lengkap dari suatu perilaku
khusus anak, misalnya perilaku yang berkaitan dengan emosi anak.
Sementara catatan berkesinambungan lebih sering digunakan untuk mencatat
perilaku anak secara umum, dengan tidak formal.
Pengamat yang membuat specimen records bukan orang yang terlibat dalam kegiatan
kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
Seperti catatan bekesinambungan, specimen
records menulis secara naratif perilaku
atau peristiwa saat terjadi, tetapi uraian itu biasanya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
seperti waktu, anak, dan settingnya.
Rincian peristiwa yang akan dicatat tergantung pada tujuan observasi.
Berikut adalah contoh specimen record:
CATATAN SPECIMEN
Nama Anak : Dian
Hari/Tanggal : Senin,
01-03-2010
Usia
: 5 tahun Pengamat : Ibu Devi
|
||
Aspek/Perilaku
|
Catatan
|
Evaluasi
|
Social-Emosional/
mengekspresikan emosi (marah dan sedih)
|
· Dian berjalan kedalam kelas pagi
ini dengan dahi berkerut dan menghentakkan kakinya. Dia menundukkan kepalanya
dan diam saja ketika guru memberinya salam. Ketika salah satu temannya
mendekati, Dian mendorong temannya sampai terjatuh. Ketika guru bertanya
alasannya dia mendorong, Dian memalingkan muka, sambil berkata,
”Huh..!”Kemudian menarik kursi dengan keras dan menghempaskan tubuhnya.
Posisi duduk Dian melipat tangan didada dengan wajah cemberut.
· Dian mengikuti kegiatan Main
Pembukaan bersama guru dan teman-temannya. Kegiatan diawali dengan bernyanyi
lagu ”Selamat Pagi”. Melihat Dian hanya diam dan mengamati, guru memotivasi,
”Pasti menyenangkan bernyanyi bersama. Dian mau ikut?” Dian menggelengkan
kepala. ”Boleh tepuk tangan saja” kata guru kembali. Dian tetap menggeleng
dan diam. Guru dan anak-anak sepakat bermain ”Ular Naga”. Dian keluar dari
lingkaran dan berdiri dipinggir mengamati. ”Ayo Dian, kita bergabung membuat
ular naga yang panjang. Menyenangkan lho”, kata guru. Dian diam saja sambil
mengamati mereka bermain. Guru terus memotivasi, tapi Dian tetap diam saja. Sampai selesai
permainan dan berdoa sesudah ikrar, Dian tetap diam saja, tapi dia mau masuk
dalam lingkaran kembali.
· Dian ikut duduk melingkar dikarpet
dan berdoa sebelum makan bersama guru
dan teman-temannya. Ketika guru mempersilahkan semua anak untuk membuka bekal
dan memakannya, Dian diam saja hanya memandangi bekal yang dibawanya. Ketika
guru bertanya, ”Ada apa Dian? Ada yang bisa dibantu?” Dian melihat kearah
guru sambil menggelengkan kepala kemudian menunduk kembali. Guru bertanya
kembali, ”Kenapa Dian tidak makan bekalnya?” Dian hanya menggelengkan
kepalanya. ”Apa Dian masih kenyang?” tanya guru kembali. Dian menganggukan
kepala. Dian mengikuti doa setelah makan bersama guru dan teman-temannya.
· Dian bermain ayunan sendirian.
Ketika salah satu temannya mendekati dan bertanya, ”Boleh aku ikut main?”.
Dian mendorong temannya tersebut. Temannya terjatuh dan menangis, Dian
memperhatikan temannya tapi diam saja. Ketika guru bertanya apa yang terjadi.
Dian pergi meninggalkan guru dan temannya. Guru memanggil namanya berkali-kali, tapi Dian
tetap berjalan meninggalkan mereka dan masuk kedalam kelas.
· Ketika bermain balok, Dian ikut bermain
dan membangun balok bersama anak yang lainnya. Dian menggunakan cukup banyak
balok dengan berbagai bentuk dan ukuran. Dian memberi nama bangunannya ”Rumah
dan Kolam Renang”. Dian menceritakan bangunannya tanpa diminta oleh guru.
Dian membereskan balok diklasifikasikan sesuai bentuk dan ukuran di raknya
kembali. Saat recalling dan review, Dian tidak menceritakan
bangunannya. Dian mengikuti doa setelah bermain balok bersama guru dan
teman-temannya.
· Guru memanggil anak satu persatu untuk
mengambil tas dan pulang bersama ibu atau penjemputnya. Ketika tiba
gilirannya, Dian mengambil tas dan bergegas keluar menuju ibunya tanpa
bersalaman dengan gurunya. Gurunya memanggil untuk bersalaman,”Dian, ibu mau
bersalaman dengan Dian”. Tapi Dian mempercepat langkah dan memeluk Mamanya.
Mamanya berkata, ”Mama juga senang bersalaman dengan ibu. Dian mau bersalaman
juga”. Awalnya Dian menggeleng, tetapi melihat mamanya bersalaman dengan
guru, Dian mau bersalaman.
|
· Tidak mau menjawab salam
(moral/agama: 1)
· Perilaku penonton (tahap main sosial: 1)
saat main pembukaan.
· mau mengikuti bacaan doa sebelum makan
(Moral/Agama: 2)
|
d. Time Sampling record
Metode time
sampling memerlukan observasi yang menunjukkan kekerapan suatu perilaku
terjadi. Perilaku harus terjadi sering (paling sedikit sekali setiap 15 menit).
Misalnya: perilaku berbicara, memukul atau menangis dapat diamati dan dihitung dengan mudah.
Perilaku memecahkan masalah tidak dapat
diamati menggunakan metode ini, karena perilaku
seperti itu tidak jelas bagi pengamat dan tidak dapat dihitung dengan
mudah.
Time sampling dilakukan untuk mengamati perilaku khusus
dari seorang anak atau kelompok dan mencatat
ada atau tidaknya perilaku tersebut
dalam interval waktu yang sudah ditentukan untuk diamati. Pengamat harus
mempersiapkan diri untuk memanfaatkan waktu yang telah terjadual, dan menentukan
jenis perilaku yang akan diamati, jarak
waktu kemunculan perilaku yang akan diamati, dan catatan ada atau tidak adanya
perilaku tersebut.
Berikut ini adalah contoh time
sampling record:
|
Time sampling merupakan metode yang sangat
berguna jika digunakan untuk mengamati anak dengan alasan-alasan berikut :
1)
Membutuhkan waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak
dibandingkan catatan narasi.
2)
Lebih
obyektif dan terkontrol karena perilaku yang diamati spesifik dan dibatasi.
3)
Memungkinkan
pengamat mengumpulkan data dari sejumlah anak ataupun sejumlah perilaku dalam
satu kali waktu observasi.
4)
Memberikan
informasi yang berguna dalam interval
waktu dan frekuensi dari perilaku
tertentu.
5)
Memberikan
hasil kuantitatif yang berguna untuk analisa statistik.
Di samping itu, ada kerugian menggunakan time sampling yaitu:
1)
Metode
bukan metode terbuka, sehingga memungkinkan kehilangan banyak perilaku yang
penting.
2)
Tidak
menjelaskan perilaku, sebab dan hasil, karena lebih berfokus pada waktu (kapan
dan berapa lama suatu perilaku terjadi)
3)
Tidak
menyimpan data tentang masukan-masukan
perilaku, karena prinsip metode ini hanya pada interval waktu, bukan perilaku.
4)
Perilaku
di luar konteks karena itu mungkin bisa bias.
5)
Terbatas
untuk perilaku yang diamati yang sering
terjadi
6)
Biasanya
berfokus pada satu jenis perilaku (dalam kasus ini perilaku negatif) dan bisa mengakibatkan pandangan yang bias.
e. Event Sampling Record
Event sampling adalah suatu metode yang memberikan
kesempatan kepada pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah dipilih lebih dulu. Event
sampling digunakan untuk mempelajari kondisi di mana perilaku tertentu
terjadi atau sering terjadi.
Keuntungan menggunakan event sampling adalah :
1)
Mencatat
peristiwa dengan utuh, sehingga membuat analisa lebih mudah.
2)
Lebih
obyektif dibandingkan metode yang lain, karena perilaku telah ditentukan
sebelumnya.
3)
Sangat
menolong untuk menguji perilaku yang tidak sering terjadi.
4)
Pengamat
terlebih dulu perlu menentukan perilaku yang ingin diamati, kemudian
mempersiapkan setting yang memungkinkan perilaku itu muncul dan akan digunakan
untuk mengamati perilaku tersebut. Pengamat perlu mengambil posisi yang nyaman
bagi dia untuk mengamati, menunggu sampai muncul perilaku tersebut dan mencatatnya.
5)
Pencatatan
dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan observasi. Jika pengamat sedang mempelajari penyebab
atau hasil dari perilaku tertentu, maka menggunakan ”ABC” Analisis. ABC
analisis merupakan uraian singkat dari peristiwa keseluruhan, yang dibagi
menjadi 3 bagian (peristiwa pencetus, perilaku, konsekuensi). Setiap saat peristiwa terjadi, saat itu juga
dicatat.
Kerugian menggunakan event sampling adalah:
1)
Peristiwa
ke luar dari konteks dan bisa kehilangan
beberapa peristiwa yang juga penting untuk diinterpretasikan.
2)
Merupakan
metode tertutup yang hanya mengamati perilaku tertentu dan mengabaikan perilaku
yang lain.
3)
Kehilangan
kekayaan informasi detail dibandingkan catatan
anekdot dan running records.
Berikut ini contoh event sampling :
|
f.
Checklist (ceklis)
Checklist merupakan alat perekam hasil observasi
terhadap perkembangan anak. Melalui checklist
dapat diketahui tingkat perkembangan anak sehingga dapat menjadi pedoman dalam
mengembangkan berbagai rencana dan kegiatan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan anak. Cheklist merupakan
format evaluasi yang membantu guru dalam memfokuskan pengamatan, karena dalam
format checklist guru sudah menentukan tingkat pencapaian perkembangan yang
akan diamati. Tingkat pencapaian perkembangan yang akan diamati ini sesuai
dengan tingkat pencapaian perkembangan pada rencana harian yang digunakan untuk
pembelajaran pada hari itu.
Checklists dapat digunakan sebagai alat rekam fakta setiap anak dalam
setiap observasi (setiap hari) tetapi juga dapat dipakai untuk mengkumulatifkan
data anak dalam suatu periode (rekap
satu bulan). Checklists dapat
digunakan oleh satu orang pengamat atau beberapa pengamat yang akan menambahkan
data Di samping itu juga dapat digunakan
untuk mentransfer rekaman dari anecdotal
record atau running record
sehingga memudahkan interpretasi. Karena lebih mudah untuk cek perilaku melalui
daftar ceklis dari pada membaca paragraf
yang panjang.
Keuntungan menggunakan checklist adalah:
1)
mudah,
cepat, dan efisien untuk digunakan
2)
Semua
pengamat dapat menggunakan dengan mudah, tidak membutuhkan spesialis.
3)
Dapat
digunakan saat anak ada atau tidak dengan meningat perilaku atau rekaman
observasi naratif.
4)
Beberapa
pengamat dapt mengumpulkan informasi yang sama untuk cek reliabilitasnya
5)
Ceklis
membantu memfokuskan observasi pada banyak perilaku dalam satu waktu
6)
Secara
khusus berguna untuk perencanaan individual.
Kerugian
menggunakan checklist adalah:
1.
bersifat
tertutup, melihat hanya perilaku khusus dan tidak pada setiap hal yang terjadi.
Kemungkinan akan kehilangan perilaku yang penting.
2.
Terbatas
pada ada atau tidak adanya perilaku
3.
Kurang
informasi tentang kualitas dan durasi perilaku
Berikut
adalah contoh Ceklis Observasi Anak:
|
B. Portopolio (Kumpulan Hasil Karya Anak)
Portofolio adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengamati
perkembangan karya anak dalam rangka melakukan evaluasi perkembangan belajar
anak usia dini. Portofolio merupakan salah satu wadah untuk merekam berbagai
unjuk kerja atau bukti nyata hasil belajar anak usia dini. Beberapa alasan
penggunaan portofolio antara lain adalah: (a) Membantu guru untuk merangkai
berbagai bukti nyata dari hasil belajar yang ditampilkan anak dalam berbagai
bentuk karya; (b) Mendorong anak mengambil manfaat dari hasil belajar yang
dicapainya; (c) Membantu guru untuk memahami profil perkembangan anak secara
lebih lengkap dalam berbagai bidang perkembangannya; (d) Memberikan gambaran
tentang perkembangan dan hasil belajar anak dari waktu ke waktu; dan (e)
Merupakan sarana evaluasi hasil belajar anak secara interaktif.
Portofolio sebagai wadah pengumpul unjuk kerja hasil belajar anak
usia dini perlu dikembangkan secara lengkap. Hal ini disebabkan karena semakin
lengkap isi portofolio maka semakin lengkap data yang dapat dijadikan pedoman
dalam melakukan asesmen dan evaluasi tingkat perkembangan atau hasil belajar
yang telah dicapai anak.
Untuk menunjukkan perkembangan dan hasil belajar anak dari waktu ke
waktu, kumpulkan hasil karya anak yang serupa selama periode tertentu, misalnya
guru dapat membandingkan tahap perkembangan menulis anak dengan mengumpulkan
tulisan anak-anak yang berusaha menuliskan namanya sendiri dari waktu ke waktu.
Hasil karya anak yang dapat
dibandingkan dari waktu ke waktu dapat berupa:
·
Gambar,
lukisan, kolase, hasil gunting anak
·
Tulisan
(mulai dari tulisan acak hingga dapat menulis sendiri /lihat tahapan menulis)
·
Buku yang dibuat anak
·
Grafik atau gambar kegiatan
main sains atau matematika
Beberapa karya dan unjuk kerja anak akan lebih mudah dikumpulkan
dengan menggunakan kamera, misalnya:
·
Susunan bangunan balok
·
Patung atau bentuk-bentuk yang
dibuat dari playdough
·
Ronce merjan atau kerang, daun,
dan bahan alam lain yang dipilah atau dipola anak berdasarkan variabel warna,
bentuk, dan ukuran
·
Berdiri di atas panjatan
·
Mengendarai sepeda
·
Aktivitas motori anak lainnya
baik di dalam maupun di luar ruang
·
Melengkapi puzzle
·
Menggosok gigi
·
Beres-beres, dll
Guru juga
dapat menggunakan alat rekam untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
bahasa lisan anak. Bila guru memiliki alat rekam video, maka dapat diperoleh
informasi perilaku anak, misalnya saat mereka tengah bermain peran, bermain
musik, atau saat recalling. Rekaman video ini memberikan data yang
sangat akurat tentang apa yang diucapkan dan dilakukan oleh anak.
Pengembangan portofolio hendaknya mengikuti proses sebagai berikut:
(1) Menentukan tujuan; (2) Mengumpulkan dan menyusun berbagai data yang
berkaitan dengan hasil belajar anak; (3) Memilih hasil karya yang akan dijadikan
kunci kemajuan perkembangan anak; (4) Menentukan bagian-bagian yang perlu
diberi komentar; (5) Memberikan kesimpulan umum terhadap perkembangan dan
pencapaian hasil belajar anak.
Penyajian karya anak dalam bentuk portofolio disusun dengan format:
(1) Penyajian koleksi karya anak (2) Refleksi dan evaluasi diri yang dikaitkan
dengan kekuatan dan kekurangan anak berdasarkan sajian hasil karyanya; dan (3)
Kesimpulan.
Berikut
contoh pencatatan observasi hasil karya anak:
Hasil Karya Anak
|
Uraian Pendidik
|
Nama Anak: Igam
Tanggal: 21/5/2008
Perkembangan Menggambar:
Tahap 6
Gambar: “Kepala
Besar” dengan kaki dan bagian-bagian tubuh lainnya; khususnya tangan;
mengambang di atas kertas. Muncul awal tulisan. Huruf mengambang seperti
garis-garis.
|
|
Nama Anak: Daffa
Tanggal: 5/8/2008
Perkembangan Melukis:
Tahap 5
Melukis “Kepala
Besar” dengan kaki; mengambang di atas kertas.
|
|
Nama: Khansa
Tanggal: 12/5/2008
Perkembangan Meronce:
Tahap 5
Merangkai
berdasarkan bentuk
|
|
Nama Anak: Yahya
Tanggal: 12/5/2008
Perkembangan Menggunting:
Tahap 6
Menggunting pada
garis tebal dengan terkendali
|
|
Nama Anak:Tasya
Tanggal: 18/8/2008
Perkembangan Membangun Balok:
Tahap 3: Susunan Garis Lurus Ke Samping
Anak menempatkan balok-balok bersisian atau dari ujung ke ujung dalam
satu garis.
|
|
Nama Anak: Ibnu
Tanggal: 12/8/2008
Perkembangan Main Playdough:
·
Membentuk
pola orang dengan anggota tubuh lengkap.
·
Dapat
menceritakan bentuk yang dibuat
|
|
Nama Anak: Kalyla
Tanggal: 20 Juli 2008
Pekembangan Menyusun Huruf dan Menulis Kata:
·
Menyusun
huruf menjadi satu kata
·
Menulis
kata dari huruf yang disusun
·
Menulis
nama sendiri
·
Mengklasifikasi
huruf
·
Menyimpan
hasil tulisan
|
Kumpulan hasil karya
anak ini pada awalnya hanya sedikit namun seiring dengan waktu akan menjadi
sangat banyak. Oleh karena itu guru harus memiliki wadah penyimpan dan sistem
yang teratur untuk mengelolanya. Bila tidak memungkinkan untuk membeli folder,
maka guru dapat memanfaatkan kotak atau kardus bekas atau dapat membuat
kantong, amplop, map atau wadah dari kertas poster dan bahan bekas lain,
selanjutnya susun karya anak berdasarkan urutan tanggal dan cantumkan pada
setiap wadah nama anak serta susun secara alfabetis sesuai nama anak untuk
memudahkan pemanfaatannya.
Portofolio anak dapat
juga disusun berdasarkan aspek perkembangan, yakni perkembangan
sosio-emosional, kognitif, bahasa, dan fisik anak, misalnya:
·
Perkembangan
sosio-emosional, berupa catatan guru dan catatan anekdot mengenai interaksi anak dengan kelompoknya
(kemampuan memilih, memecahkan masalah dan kerja sama dengan orang lain), serta
rekaman video ketika sedang melakukan kegiatan bersama.
·
Perkembangan
kognitif, berupa foto-foto tentang aktivitas anak ketika menghitung dan
mengukur bahan-bahan untuk kegiatan memasak, sampel kerja anak yang menunjukkan
anak memahami konsep angka, foto dan data yang diperoleh dari ceklis dan
rekaman wawancara mengenai pemahaman konsep, eksplorasi, hipotesis, dan
pemecahan masalah
·
Perkembangan
bahasa, berupa rekaman anak ketika
membaca cerita yang ditulis, rekaman wawancara tentang penguasaan
perbendaharaan kata dan keterampilan menggunakan bahasa.
·
Perkembangan
fisik, berupa catatan guru atau rekaman video tentang aktivitas gerakan anak
baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang merupakan perkembangan
keterampilan motorik, catatan, foto, rekaman video, catatan anekdot yang
menunjukkan keterampilan anak dan kemajuan aktivitas musik dan permainan jari jemari.
IV.
TAHAP EVALUASI
A.
Pengumpulan Data/informasi
Pengumpulan data dan informasi tentang perkembangan
anak dilakukan setiap hari dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Berikut ini contoh
format evaluasi harian yang menggabungkan ceklis dan catatan secara
naratif.
|
Data
harian yang sudah terkumpul selanjutnya dirangkum kedalam data bulanan.
Berikut contoh format rangkuman data bulanan.
|
B.
Pelaporan Perkembangan
Hasil
observasi perkembangan anak yang sudah dirangkum dalam format bulanan dipakai
sebagai bahan untuk membuat laporan hasil evaluasi perkembangan anak yang
diberikan kepada orangtua.
Laporan
hasil evaluasi perkembangan ditulis dalam bentuk uraian singkat, ditambah
dengan keterangan tentang kehadiran, pertumbuhan berat dan tinggi badan serta
rekomendasi untuk orangtua
Laporan
yang ditulis guru hendaklah dalam kalimat positif, jelas, mudah dipahami, serta
menggunakan tata bahasa dan ejaan yang
benar. Adapun rambu-rambu penulisan laporan perkembangan anak yang perlu
diperhatikan guru adalah:
·
Tidak menyalahkan anak
·
Tidak menyalahkan orang tua
·
Pengaruh laporan terhadap perasaan anak
·
Pengaruh laporan terhadap perasaan orang tua
·
Pengaruh
laporan terhadap hubungan anak dan guru
·
Pengaruh laporan terhadap
hubungan anak dan orang tua
·
Informasi isi laporan sudah
menggambarkan aspek perkembangan dan pembelajaran yang esensial
·
Menggambarkan perilaku khusus anak di kelas
·
Menggambarkan perkembangan dan
kemajuan anak
·
Lebih
fokus pada kemajuan dari pada kelemahan
anak
·
Memuat
contoh perilaku khusus yang telah ditujukkan oleh anak
·
Menyajikan
informasi yang komunikatif, autentik, dan bermakna
·
Menginformasikan
kepada orang tua tentang rencana guru
·
Orang tua tahu bahwa guru ada
dipihak anak
·
Laporan harus mendidik orang
tua tentang perkembangan
Berikut
adalah contoh laporan hasil evaluasi perkembangan anak:
Nama Anak :
Nurdiman Kelompok
Usia : 3-4 tahun
Nomor Induk : 2010003 Semester
: II
Tahun
Pelajaran : 2010/2011
I.
Informasi Perkembangan:
No
|
Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya
|
1.
|
Moral dan nilai-nilai agama
·
Sudah
dapat mengikuti bacaan doa sebelum belajar walaupun belum lengkap.
·
Sudah
dapat mengikuti gerakan sholat.
·
Hanya
sekali-kali menyebut beberapa contoh ciptaan Tuhan.
·
Selalu
mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu, tetapi terkadang masih
perlu diingatkan.
·
Selalu
mengucapkan salam saat datang ke kelompok bermain.
|
2.
|
Fisik/Motorik
·
Sudah
dapat berjalan dan berlari dengan stabil.
·
Dapat
naik-turun tangga tanpa berpegangan, tetapi belum menggunakan dua kaki secara
bergantian.
·
Dapat
melompat dengan dua kaki sekaligus, tetapi masih kesulitan untuk melompat
dengan satu kaki bergantian.
·
Dapat
menendang bola tetapi masih kesulitan untuk menangkap bola dengan jarak 1 m.
|
3.
|
Bahasa
·
Dapat
menirukan suara benda jatuh dan suara beberapa jenis binatang.
·
Dapat
berbicara runtut dengan 4-5 suku kata.
·
Dapat
memahami dan melaksanakan 2 perintah sekaligus.
|
4.
|
Kognitif
·
Mampu
mengelompokkan benda yang sejenis.
·
Mamu
menyebutkan 4 bentuk geometri.
·
Mampu
membedakan ukuran besar-kecil dan panjang-pendek.
|
5.
|
Sosial-emosi
·
Dapat
menunjukkan ekspresi wajah sedih, senang, dan takut.
·
Dapat
berkonsentrasi mendengarkan cerita 3-4 menit.
·
Sudah
dapat antri minum dan ke toilet dengan tertib.
|
6.
|
Tahap Main
|
Main Balok
·
Sudah pada tahap 9; ruang tertutup tiga dimensi,
dapat membuat atap pada bangunan seperti kotak terbuka, menjadi ruang
tertutup tiga dimensi
|
|
Melukis
·
Sudah pada tahap 5; melukis ”kepala besar” dengan
kaki, mengambang di atas kertas
|
|
Menggambar
·
Sudah pada tahap 5; menggambar ”kepala besar”
dengan kaki, mengambang di atas kertas
|
|
Menggunting
·
Sudah pada tahap 5; menggunting bentuk tetapi
tidak pada garis
|
|
Meronce
·
Sudah pada tahap 3; merangkai terus menerus
|
|
Menulis
·
Sudah pada tahap 4; berlatih huruf
|
|
Main Peran
·
Sudah pada tahap ”pengganti”; menggunakan obyek seadanya dalam cara
yang kreatif atau sesuai khayalan, atau menggunakan obyek dalam cara yang
berbeda dari biasanya
|
|
Sosialisasi
·
Sudap pada tahap ”sosial berdampingan”, main dekat
dengan teman lainnya; terlibat dalam permainannya sendiri tetapi senang
dengan kehadiran anak lainnya.
|
II.
Informasi Pertumbuhan dan Kehadiran:
1.
|
Berat Badan
Selalu
naik tetapi mendekati garis kuning pada KMS.
|
2.
|
Tinggi Badan
Bertambah
secara normal.
|
3.
|
Kehadiran
Tidak Hadir: 5
hari
Terlambat: 2
hari
|
III.
Rekomendasi untuk Orangtua
1. Bisa diajak mengikuti ritual keagamaan
sederhana seperti sholat, baca doa pendek, dan menyebut nama Allah dengan
tepat.
2. Perlu banyak diajak main gerakan motorik
kasar seperti berlari, melompat, dan menangkap bola.
|
Tanggal, Paraf, dan Nama Pendidik
|
Tanggal, Paraf dan Nama Orang Tua
|
Yogyakarta, 23 Maret 2010
(Samijah)
|
(_______________)
|
V.
KESIMPULAN
Evaluasi perkembangan
anak usia dini merupakan proses pengumpulan data melalui observasi yang dicatat
dan didokumentasikan, sehingga melalui data hasil observasi yang tercatat
tersebut dapat disimpulkan perkembangan dan belajar anak. Ada banyak alat dan
cara evaluasi khusus untuk mengevaluasi macam-macam perilaku dan ungkapan
bahasa anak. Akan tetapi, cara yang paling tepat untuk mengevaluasi emosi dan
perilaku sosial anak adalah melalui observasi secara alamiah, seperti perilaku
hubungan antara anak dan pengasuh utamanya sewaktu bermain. Saat anak
menunjukan perilaku yang tidak baik atau
saat ia berada di situasi tertekan lebih baik dievaluasi melalui
observasi dan didokumentasikan dengan catatan-catatan tertulis secara ringkas.
Dalam melakukan evaluasi terhadap perkembangan anak, kita juga dapat melakukan
wawancara langsung untuk mendapatkan informasi latar belakang anak kepada
keluarga mereka.
Situasi proses evaluasi
difokuskan pada aspek yang akan dievaluasi, minat anak serta umur anak. Saat
bermain adalah situasi yang ideal untuk mengadakan evaluasi yang lebih terfokus
pada anak usia dini, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
Evaluasi perkembangan
melalui observasi, dilakukan saat anak beraktivitas bermain. Langkah-langkah
terakhir untuk menginterpretasi data-data yang tercatat mengenai anak-anak
adalah dengan membuat kesimpulan. Ringkasan-ringkasan itu tergantung dari
pendapat yang berdasarkan kesimpulan yang sahih dan juga dari tumpukan-tumpukan
bukti observasi.
EVALUASI
Setelah membaca modul ini, jelaskan dengan
singkat apa yang Anda ketahui tentang:
1. Pengertian
evaluasi perkembangan
2. Tujuan evaluasi
perkembangan
3. Prinsip-prinsip
evaluasi perkembangan
4. Pedoman pencatatan
observasi
5. Tehnik evaluasi
dengan menggunakan portofolio
6. Tehnik evaluasi
dengan menggunakancatatan anekdot
7. Tehnik evaluasi
dengan menggunakancatatan berkesinambungan
8. Tehnik evaluasi
dengan menggunakan catatan specimen
9. Tehnik evaluasi
dengan menggunakan event sampling
10. Tehnik evaluasi
dengan menggunakan time sampling
Kunci:
1.
evaluasi perkembangan merupakan proses pengumpulan,
penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang data perkembangan
yang dikumpulkan melalui observasi langsung.
2.
Evaluasi perkembangan dilakukan untuk mengetahui proses
kegiatan yang telah dilaksanakan, faktor-faktor penghambat maupun pendukung
pencapaian tujuan kegiatan, serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan.
3.
Prinsip evaluasi perkembangan adalah;
a.
Menyeluruh
Menyeluruh
artinya evaluasi dilakukan baik terhadap proses maupun hasil kegiatan anak.
b.
Berkesinambungan
Evaluasi
yang berkesinambungan adalah apabila dilakukan secara bertahap dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran
menyeluruh terhadap hasil pembelajaran
c.
Obyektif
Evaluasi
dilakukan seobyektif mungkin dengan memperhatikan perbedaan dan keunikan
perkembangan anak.
d.
Mendidik
Hasil
evaluasi harus bersifat mendidik yaitu dapat digunakan untuk membina dan
memberikan dorongan kepada anak didik dalam meningkatkan kemampuannya sehingga
anak dapat mengembangkan “rasa berhasil” nya..
e.
Kebermaknaan
Hasil evaluasi harus bermakna bagi guru/pamong
belajar, orang tua, anak didik dan pihak yang memerlukan. Oleh karena itu dalam
memberikan laporan evaluasi harus diusahakan yang dapat dipahami oleh semua
pihak.
4.
Pedoman Pencatatan observasi adalah harus bersifat
obyektif, apa-apa yang dicatat harus
berupa fakta yang ada, tanpa melakukan penilaian, asumsi, atau kesimpulan.
5.
Portofolio adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengamati
perkembangan karya anak dalam rangka melakukan evaluasi perkembangan belajar
anak usia dini. Portofolio merupakan salah satu wadah untuk merekam berbagai
unjuk kerja atau bukti nyata hasil belajar anak usia dini.
6.
Catatan
Anekdot adalah catatan kejadian khusus yang merupakan uraian tertulis
mengenai perilaku yang ditampilkan oleh anak dalam situasi khusus. Catatan
anekdot ditulis dengan singkat. Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang
terjadi secara faktual (sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar), dengan
cara yang obyektif (tidak berprasangka, tidak menduga-duga), menceritakan
bagaimana, kapan dan di mana terjadi peristiwa itu, serta apa yang dikatakan
dan dikerjakan anak.
7.
Catatan berkesinambungan memuat kejadian secara rinci dan
berurutan. Pengamat mencatat semua
kejadian terus menerus yang dilakukan anak itu.
Catatan Berkesinambungan
mencatat semua perilaku anak bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu
saja, dan pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran
selesai.
8.
Specimen Records hampir mirip dengan catatan berkesinambungan
tetapi lebih rinci. Catatan ini sering
digunakan oleh pengamat yang menginginkan uraian lengkap dari
suatu perilaku khusus anak,
misalnya perilaku yang berkaitan dengan emosi anak. Pengamat yang membuat specimen records bukan orang yang terlibat dalam kegiatan
kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
9.
Event
sampling adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah
dipilih lebih dulu. Event sampling digunakan untuk mempelajari kondisi di mana perilaku
tertentu terjadi atau sering terjadi.
10.
Time
sampling dilakukan untuk mengamati perilaku khusus dari seorang
anak atau kelompok dan mencatat ada atau
tidaknya perilaku tersebut dalam
interval waktu yang sudah ditentukan untuk diamati. Pengamat harus
mempersiapkan diri untuk memanfaatkan waktu yang telah terjadual, dan
menentukan jenis perilaku yang akan
diamati, jarak waktu kemunculan perilaku yang akan diamati, dan catatan ada
atau tidak adanya perilaku tersebut.
REFERENSI
1. Beaty, Janice J., 1998. Observing
Development Of The Young children: Fourth
edition. New Jersey: Prentice Hall
2. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas:
Jakarta.
3. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2004). Bahan Pelatihan Lebih Jauh dengan Sentra dan Saat Lingkaran (Jilid 1 –
5). Depdiknas: Jakarta.
4. Dodge, Diane Trister, etc. (2002). The Creative Curriculum for Preschool;
fourth edition. Teaching
Strategies, Inc. Washington DC.
5.
Guddemi, Marcy dan Case, Betsy J. (2004). Assessing Young Children. http://www.harcourtassessment.com
6. Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak:Jilid I dan II. (alih
bahasa: Meitasari Tjandra dan Muslichah Zarkasih). Penerbit Erlangga: Jakarta.
7. Kartino, Kartini. (2007). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Mandar Maju: Bandung.
8. Megawangi, Ratna, dkk. (2005). Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan;
Penerapan Teori Developmentally Appropriate Practice (DAP) Anak-Anak Usia Dini
0-8 Tahun. Penerbit Indonesia Heritage Foundation:
Jakarta.
9. Puckett, Margaret B. dan Black, Janet K. (1994), Authentic Assessment of the Young Child;
Celebrating Development and Learning. Macmillan College Publishing Company:
New York.
10. Wortham, Sue. C. (2005). Assessment
in Early Childhood Education. Pearson: Ohio-USA.
Lampiran
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Menggunting
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Menggunting
sekitar pinggiran kertas
|
2
feb; 5 feb
|
|
2
|
Menggunting
dengan sepenuh bukaan gunting
|
||
3
|
Membuka
dan menggunting terus menerus sepanjang kertas
|
8
maret;10 maret
|
|
4
|
Menggunting
diantara dua garis lurus
|
||
5
|
Menggunting
bentuk tetapi tidak pada garis
|
||
6
|
Menggunting pada garis
tebal dengan terkendali
|
||
7
|
Menggunting
berbagai macam bentuk
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Menulis
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Mulai
membuat coretan
(coretan awal, coretan acak, coretan satu
warna atau beberapa warna)
|
||
2
|
Coretan
terarah
(garis
lurus, titik-titik, lingkaran, huruf tiruan)
|
||
3
|
Garis
dan bentuk khusus diulang-ulang, atau menulis garis tiruan (bentuk, tanda,
garis terarah dari sisi kiri ke kanan,
atas bawah)
|
||
4
|
Latihan huruf-huruf acak atau nama, gambar sudah
dikenali (rumah)
|
||
5
|
Menulis
nama
|
||
6
|
Mencontoh
kata-kata di lingkungan
|
||
7
|
Menemukan
ejaan
(menulis
beberapa huruf sebagai perwakilan kata
lengkap)
|
||
8
|
Ejaan
umum
(mencatat
kata lengkap)
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Meronce
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Main
mengosongkan /mengisi
|
||
2
|
Merangkai
(digunakan
sebagai bahan main peran (kalung))
|
||
3
|
Merangkai
terus menerus
|
||
4
|
Merangkai
berdasarkan warna
|
||
5
|
Merangkai
berdasarkan bentuk
|
||
6
|
Merangkai
berdasarkan warna dan bentuk
|
||
7
|
Merangkai
berdasarkan warna, bentuk dan ukuran
|
||
8
|
Membuat
pola sendiri
|
||
9
|
Membaca
pola Kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Pembangunan Balok Anak
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Tanpa
bangunan
|
||
2
|
Susunan
garis lurus ke atas
|
||
3
|
Susunan garis lurus ke samping
|
||
4
|
Susunan
daerah lurus ke atas (menggabungkan tumpukan balok dan atau menumpuk garis
demi garis)
|
||
5
|
Susunan
daerah mendatar
|
||
6
|
Ruang
tertutup ke atas (bangunan 3 dimensi, tanpa atap)
|
||
7
|
Ruang
tertutup mendatar
|
||
8
|
Menggunakan
balok untuk membangun bangunan 3
dimensi yang padat
|
||
9
|
Ruang
tertutup tiga dimensi
(anak
membuat atas)
|
||
10
|
Menggabungkan/mengkombinasikan
beberapa bentuk bangunan
|
||
11
|
Mulai
memberi nama (permainan representasi)
|
||
12
|
Satu
bangunan, satu nama
|
||
13
|
Bentuk-bentuk
balok diberi nama
|
||
14
|
Memberi
nama obyek-obyek yang terpisah
|
||
15
|
Merepresentasikan
ruang dalam
(ruang
klinik, kamar tidur dst)
|
||
16
|
Obyek-obyek
di dalam ditempatkan di luar
|
||
17
|
Representasi
ruang dalam dan ruang luar secara tepat
|
||
18
|
Bangunan
dibangun sesuai skala
|
||
19
|
Bangunan
yang terdiri dari banyak bagian
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Menggambar Anak
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Coretan
awal
|
||
2
|
Coretan
terarah
|
||
3
|
Penambahan pada bentuk-bentuk lonjong,
ditambahkan garis-garis dan titik-titik
|
||
4
|
Mulai
muncul gambar ”kepala besar”
|
||
5
|
Gambar
”Kepala besar” dengan mulai muncul
gambar kaki, mengambang di atas kertas
|
||
6
|
Gambar
”kepala besar” dengan kaki dan bagian-bagian
badan lainnya, khususnya
tangan, mengambang di kertas, muncul awal
tulisan huruf mengambang
seperti garis-garis
|
||
7
|
Kepala
besar dengan bentuk batang sebagai badan dan anggota –anggota tubuh lainnya; mengambang di atas kertas
|
||
8
|
Kepala
besar dengan bentuk batang tertutup sebagai badan, bentuk
batang berisi sebagai badan, atau
bentuk batang segi tiga sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya;
mengambang diatas kertas
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Melukis Anak
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Lukisan
Bercak
warna warni; secara acak; seperti mencoret atau menyikat, mengenal cat dan
kertas
|
||
2
|
Lukisan
Pemisahan
warna; sikatan-sikatan tertentu diulang-ulang secara terarah; sikatan-sikatan
itu belum berhubungan.
|
||
3
|
Lukisan
Bercak-bercak
warna bergabung satu dengan yang lainnya pada pinggiran bercak-bercak warna
itu
|
||
4
|
Lukisan
Warna
ditumpuk di atas warna; daerah diwarnai secara hati-hati
|
||
5
|
Lukisan
Melukis
“Kepala Besar” dengan kaki; mengambang di atas kertas.
|
||
6
|
Gambar
”kepala besar” dengan kaki dan bagian-bagian
badan lainnya, khususnya
tangan, mengambang di kertas, muncul awal
tulisan huruf mengambang
seperti garis-garis
|
||
7
|
Kepala
besar dengan bentuk batang sebagai badan dan anggota –anggota tubuh lainnya; mengambang di atas kertas
|
||
8
|
Kepala
besar dengan bentuk batang tertutup sebagai badan, bentuk
batang berisi sebagai badan, atau
bentuk batang segi tiga sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya;
mengambang diatas kertas
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Perilaku
tidak peduli
Anak
tidak bermain, tetapi terlibat dalam perilaku ”tidak peduli”
|
||
2
|
Perilaku
penonton
Anak
memperhatikan anak lain saat bermain, mereka mungkin berhubungan secara
lisan, tetapi tidak ikut main
|
||
3
|
Sosial sendiri
Anak terlibat dalam main dengan diri sendiri, main yang dimaksud
sepenuhnya mengatur sendiri
|
||
4
|
Sosial
berdampingan
Anak
main dekat dengan anak lainnya, anak terlibat dalam permainannya sendiri
tetapi senang dengan kehadiran anak lainnya
|
||
5
|
Sosial
bersama
Anak
main dengan anak lainnya dalam satu kelompok. Ia dapat bertukar bahan main,
tetapi tidak ada tujuan yang direncanakan
|
||
6
|
Sosial
bekerjasama
Anak
main dengan anak lain dan mainnya memiliki tujuan yang direncanakan. Anak
merencanakan dan berperan.
|
Keterangan:
Format
ini dapat digunakan selama satu semester, dengan cara mengisi tanggal setiap
kemampuan tersebut muncul
Format Observasi
Tahapan Perkembangan Main Peran
Nama :
Usia :
Tahap
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
Keterangan
|
1
|
Awal
pura-pura
Anak terlibat dalam tindakan
seperti pura-pura tetapi belum ada bukti dia main pura-pura
|
||
2
|
Pura-pura
dengan dirinya
Anak
terlibat dalam perilaku pura-pura, diarahkan pada dirinya sendiri, dimana
pura-pura terlihat jelas
|
||
3
|
Pura-pura dengan yang lain
Anak terlibat dalam perilaku pura-pura, diarahkan oleh anak kepada yang
lainnya, pura-pura berperilaku tentang orang lain
|
||
4
|
Pengganti
Anak
menggunakan obyek seadanya dalam cara yang kreatif atau sesuai khayalan, atau
menggunakan obyek
dalam cara yang berbeda dari biasanya |
||
5
|
Pura-pura dengan obyek atau orang
Anak pura-pura bahwa obyek, bahan, orang, atau binatang itu ada
|
||
6
|
Agen
Aktif
Anak
menghidupkan mainan (seperti boneka, binatang mainan) yang mewakili sesuatu
sehingga mainan menjadi agen yang aktif di dalam kegiatan pura-pura
|
||
7
|
Urutan yang
belum berbentuk cerita
Anak
mengulang-ulang satu tindakan/ adegan kepada beberapa orang
|
||
8
|
Urutan cerita
Anak menggunakan lebih dari satu adegan
dalam main peran
|
||
9
|
Perencanaan
Anak terlibat dalam main peran dengan bukti ada perencanaan lebih dahulu
|
Keterangan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar